Sejarah perkembangan laboratorium
kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony
van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah
seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa
penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 –
1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit
serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax
dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik
tentang perkembangan laboratorium di Indonesia, namun menelusuri
berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang terlibat dalam
proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia. Perkembangan
tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan Belanda pada abad
ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch,
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di
Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter
pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia
pada saat itu kemudian didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran di
Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium
ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan
laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.
Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra,
cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain
seperti gizi dan sanitasi.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem
pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Salah satu kegiatan pokok puskesmas mencakup antara lain
adalah laboratorium.
Kemudian terjadi perkembangan
pelayanan laboratorium kesehatan selain yang diselenggarakan oleh
pemerintah khususnya swasta dengan berdirinya Laboratorium Klinik “CITO ”
pada tanggal 10 April 1967 oleh Bapak. H. Achmad Djoeahir. Berlokasi di
salah satu jalan utama kota Semarang, yaitu Jalan Imam Bonjol No. 206.
Kemudian disusul dengan Prodia yang didirikan di Solo pada tahun 1973
sebagai yayasan yang juga melayani pemeriksaan laboratorium. Sampai
sekarang perkembangan laboratorium sudah sedemikian pesatnya dan seiring
dengan perkembangan teknologi laboratorium kesehatan yang semakin
modern maka semakin banyak berdiri laboratorium klinik swasta di
Indonesia.
Adanya laboratorium kesehatan di
Indonesia tidak bisa terlepas dari sumber daya kesehatan yang
menjalankan kegiatan pelayanan di laboratorium, maka pemerintah kemudian
mendirikan institusi pendidikan analis kesehatan. Cikal bakal
keberadaan institusi pendidikan analis kesehatan adalah dengan
didirikannya pusat pelatihan tenaga kesehatan oleh dr. Y. Sulianti
bersamaan dengan didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai
proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
masyarakat pedesaan di Indonesia. Selanjutnya berdiri Sekolah Pengatur
Analis (SPA) yang didirikan pada tahun 1958 di Medan dan Yogyakarta.
Masa pendidikan pada saat itu adalah 2 tahun yang berasal dari lulusan
SD. Lulusannya dapat melanjutkan pendidikan kekhususan selama 2 tahun
lagi yaitu jurusan kimia dan jurusan bakteri. Termasuk juga dengan
berdirinya Sekolah Penjenang Kesehatan bagian F pada tahun 1970an. Tahun
1982 karena adanya kebijakan pemerintah berubah namanya menjadi Sekolah
Menengah Analis Kesehatan dan tahun 1998 dikonversi menjadi D-III
Akademi Analis Kesehatan.
Perkembangan institusi pendidikan
analis kesehatan mengalami perkembangan yang pesat. Seperti halnya
kebijakan pemerintah untuk menggabungkan akademi-akademi kesehatan di
institusi negeri menjadi Politeknik Kesehatan dan mengilhami pendirian
sekolah-sekolah tinggi kesehatan yang juga menyelenggarakan pendidikan
Diploma III dan Diploma IV Analis Kesehatan. Atas kerja keras dan
komitmen organisasi profesi analis kesehatan maka sampai saat ini telah
ada institusi penyelenggara S1 Analis Kesehatan dengan nama S1 Teknologi
Laboratorium Kesehatan yang berada di Makassar
Sejarah perkembangan laboratorium
kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony
van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah
seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa
penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 –
1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit
serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax
dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik
tentang perkembangan laboratorium di Indonesia, namun menelusuri
berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang terlibat dalam
proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia. Perkembangan
tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan Belanda pada abad
ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch,
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di
Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter
pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia
pada saat itu kemudian didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran di
Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium
ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan
laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.
Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra,
cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain
seperti gizi dan sanitasi.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem
pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Salah satu kegiatan pokok puskesmas mencakup antara lain
adalah laboratorium.
Kemudian terjadi perkembangan
pelayanan laboratorium kesehatan selain yang diselenggarakan oleh
pemerintah khususnya swasta dengan berdirinya Laboratorium Klinik “CITO ”
pada tanggal 10 April 1967 oleh Bapak. H. Achmad Djoeahir. Berlokasi di
salah satu jalan utama kota Semarang, yaitu Jalan Imam Bonjol No. 206.
Kemudian disusul dengan Prodia yang didirikan di Solo pada tahun 1973
sebagai yayasan yang juga melayani pemeriksaan laboratorium. Sampai
sekarang perkembangan laboratorium sudah sedemikian pesatnya dan seiring
dengan perkembangan teknologi laboratorium kesehatan yang semakin
modern maka semakin banyak berdiri laboratorium klinik swasta di
Indonesia.
Adanya laboratorium kesehatan di
Indonesia tidak bisa terlepas dari sumber daya kesehatan yang
menjalankan kegiatan pelayanan di laboratorium, maka pemerintah kemudian
mendirikan institusi pendidikan analis kesehatan. Cikal bakal
keberadaan institusi pendidikan analis kesehatan adalah dengan
didirikannya pusat pelatihan tenaga kesehatan oleh dr. Y. Sulianti
bersamaan dengan didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai
proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
masyarakat pedesaan di Indonesia. Selanjutnya berdiri Sekolah Pengatur
Analis (SPA) yang didirikan pada tahun 1958 di Medan dan Yogyakarta.
Masa pendidikan pada saat itu adalah 2 tahun yang berasal dari lulusan
SD. Lulusannya dapat melanjutkan pendidikan kekhususan selama 2 tahun
lagi yaitu jurusan kimia dan jurusan bakteri. Termasuk juga dengan
berdirinya Sekolah Penjenang Kesehatan bagian F pada tahun 1970an. Tahun
1982 karena adanya kebijakan pemerintah berubah namanya menjadi Sekolah
Menengah Analis Kesehatan dan tahun 1998 dikonversi menjadi D-III
Akademi Analis Kesehatan.
Perkembangan institusi pendidikan
analis kesehatan mengalami perkembangan yang pesat. Seperti halnya
kebijakan pemerintah untuk menggabungkan akademi-akademi kesehatan di
institusi negeri menjadi Politeknik Kesehatan dan mengilhami pendirian
sekolah-sekolah tinggi kesehatan yang juga menyelenggarakan pendidikan
Diploma III dan Diploma IV Analis Kesehatan. Atas kerja keras dan
komitmen organisasi profesi analis kesehatan maka sampai saat ini telah
ada institusi penyelenggara S1 Analis Kesehatan dengan nama S1 Teknologi
Laboratorium Kesehatan yang berada di Makassar
Post a Comment