Bingung apa itu analis kesehatan?
Berdasarkan sumber dari internet berikut adalah sedikit penjelasan mengenai apa itu analis kesehatan…semoga bisa sedikit membantu
Berdasarkan sumber dari internet berikut adalah sedikit penjelasan mengenai apa itu analis kesehatan…semoga bisa sedikit membantu
Salah satu jenis politeknik ialah
politeknik kesehatan. Ada banyak jenis dan jurusan dari politeknik
kesehatan contohnya ialah jurusan kebidanan, keperawatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan gigi, gizi, dan salah satu jurusan yang masih tabu
atau asing dikalangan masyarakat ialah jurusan analis kesehatan.
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai analis kesehatan ada baiknya kita
mengetahui definisi dari analis kesehatan. Menurut Kerlinger analisa
adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja untuk mengetahui
sesuatu. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang
dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa
tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata
analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di
laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Jadi Analis kesehatan adalah petugas yang bekerja di laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan lab sebagai penunjang diagnosa dokter demi
membantu seseorang mencapai keadaan jasmani, dan jiwa yang sejahtera.
Analis kesehatan atau pranata laboratorium adalah bagian dari profesi di
bidang kesehatan. Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan
tanggung jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan
dengan adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan. Seperti juga
menjadi seorang analis yang berhubungan dengan nyawa manusia. Banyak
yang tidak mengetahui analis kesehatan memiliki banyak sekali peluang
pekerjaan. Seorang lulusan analis bisa bekerja pada laboratorium rumah
sakit tentunya bertugas membantu diagnosa seorang dokter. Selain rumah
sakit analis kesehatan bisa ditempatkan di Prodia, PMI, dan segala
tempat yang berhubungan dengan analisis.
Tidak hanya politeknik kesehatan saja yang menyediakan jurusan analis kesehatan tapi juga SMK menyediakan jurusan analis kesehatan. SMK Analis Kesehatan Nasional Surakarta contohnya sekolah ini berada di Jalan Yos Sudarso 338 Dawung Surakarta. Dunia kesehatan semakin berkembang pesat. Teknologi yang melingkupinya juga kian maju. Ini berarti, kesempatan kerja di bidang ini masih terbuka lebar. Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kesehatan (SMKAK) Nasional melihat peluang ini. Lembaga pendidikan ini terus berupaya mengembangkan anak didiknya menjadi alumnus SMKAK Nasional yang berkualitas dan siap berkompetisi di dunia medis maupun percabangan ilmunya. Siswa-siswa ini dididik menjadi tenaga analis kesehatan. Terutama di laboratorium klinik. Juga beberapa bidang lain yang masih berkaitan dengan analis kesehatan. Banyak sekali kegiatan laboratorium, Salah satu contohnya di Laboratorium Kimia Air-Makanan dan Minuman (Lab Amami). Siswa juga diajari mengecek kandungan zat dalam air dan makanan. Hal itu meliputi kimia air bersih maupun limbah. Dalam makanan, misalnya mengetahui kandungan formalin dalam tahu. Di minuman, siswa belajar mengetahui kandungan alkohol dalam minuman keras. Aktivitas tersebut dilakukan sebagai persiapan memasuki dunia kerja yang tingkat persaingannya jauh lebih berat dan butuh ketrampilan lebih.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa analis kesehatan saat ini merupakan salah satu profesi penting dalam kedokteran yang patut untuk dipertimbangkan selain karena memiliki prospek kerja yang baik. Lulusannya juga sangat menjanjikan dalam dunia kerja.
Etika Analis Kesehatan dan Peranannya
Salah satu contoh kasus dari kelalaian seorang analis ialah kasus mengenai seorang wanita bernama Prita Mulyasari yang kasusnya sangat marak diberitakan di media belakangan ini. Kasus yang menimpa Ibu Prita Mulyasari yang dituntut oleh Omni International Hospital Tangerang atas dasar pencemaran nama baik dan sempat ditahan di LP Wanita Tangerang sebelum akhirnya mendapat penangguhan penahanan, menjadi berita hangat yang memicu timbulnya simpati masyarakat sampai politisi di tanah air. Kasus ini bermula dari tersebarnya email yang berisi keluhan Ibu Prita di internet yang oleh pihak RS Omni dianggap merugikan dan mencemarkan nama baik RS dan dua orang dokternya. Dalam email yang tersebar luas tersebut, Ibu Prita dengan gamblang menyatakan bahwa RS Omni International telah melakukan penipuan atas dirinya karena menggunakan hasil lab yang hasilnya tidak valid untuk memutuskan rawat inap. Hasil lab yang dimaksud adalah hitung trombosit yang dilakukan dua kali yang hasilnya 27.000. Keesokan harinya dokter spesialis yang merawat mengatakan ada revisi tentang hasil lab yang dilakukan semalam, dan hasil yang benar adalah 181.000. Inilah yang kemudian dianggap sebagai penipuan oleh Ibu Prita. Dari keterangan yang ada didalam email tersebut berupa gejala klinis dan hasil pemeriksaan trombosit awal, memang seorang dokter segera akan berpikir bahwa itu demam berdarah sebelum terbukti yang lain, karena Indonesia termasuk daerah endemik demam berdarah. Trombosit yang 27.000 ribu tersebut sudah termasuk membahayakan karena potensi terjadinya perdarahan cukup besar. Jadi berdasarkan pemeriksaan awal, saya kira memang sudah seharusnya Ibu Prita dirawat segera. Perlu dicatat bahwa nilai normal hitung trombosit adalah 150.000-300.000/mikroliter (ada variasi nilai normal antar laboratorium/RS). Nilai kritis pemeriksaan trombosit adalah 50.000. Potensi terjadinya perdarahan sangat besar bila nilainya sudah dibawa 20.000. Namun yang mencengangkan saya adalah revisi hasil lab yang dimaksud keesokan harinya. Apakah revisi tersebut dilakukan dengan sampel yang sama? Apakah dua kali pemeriksaan awal (sesuai email Ibu Prita) tersebut dua-duanya salah? Ini sangat kontras dengan apa yang dijelaskan pihak RS Omni dalam klarifikasinya seperti yang diberitakan oleh Kompas. Pihak RS dari berita itu hanya melakukan dua kali pemeriksaan hitung trombosit, dan menyatakan bahwa pemeriksaan pertama tidak valid karena banyak gumpalan darah. Saya kira disinilah letak kompetensi laboratorium RS Omni yang harus dipertanyakan. Kenapa bisa terjadi banyak gumpalan darah? Darah yang telah diberi anticoagulan atau antibeku tidak akan membeku, oleh karena itu pihak RS Omni harus menjelaskan kepada masyarakat mengapa terdapat banyak gumpalan darah di sampel darah Ibu Prita yang menjadi alasan tidak validnya pemeriksaan pertama. Secara keseluruhan kasus ini menurut saya hanya karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien. Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien seyogyanya memang mesti sepegentahuan pasien. Di sinilah letak pentingnya informed consent. Dokter-dokter kita sepertinya masih merasa terlalu sibuk untuk menjelaskan secara sederhana kepada pasien tentang penyakitnya, diagnosis, prosedur pengobatan yang akan dilakukan, sehingga mereka lebih memilih untuk memberikan instruksi berupa resep dan tindakan medis dengan informasi yang seadanya kepada pasien.
Salah satu contoh kasus dari kelalaian seorang analis ialah kasus mengenai seorang wanita bernama Prita Mulyasari yang kasusnya sangat marak diberitakan di media belakangan ini. Kasus yang menimpa Ibu Prita Mulyasari yang dituntut oleh Omni International Hospital Tangerang atas dasar pencemaran nama baik dan sempat ditahan di LP Wanita Tangerang sebelum akhirnya mendapat penangguhan penahanan, menjadi berita hangat yang memicu timbulnya simpati masyarakat sampai politisi di tanah air. Kasus ini bermula dari tersebarnya email yang berisi keluhan Ibu Prita di internet yang oleh pihak RS Omni dianggap merugikan dan mencemarkan nama baik RS dan dua orang dokternya. Dalam email yang tersebar luas tersebut, Ibu Prita dengan gamblang menyatakan bahwa RS Omni International telah melakukan penipuan atas dirinya karena menggunakan hasil lab yang hasilnya tidak valid untuk memutuskan rawat inap. Hasil lab yang dimaksud adalah hitung trombosit yang dilakukan dua kali yang hasilnya 27.000. Keesokan harinya dokter spesialis yang merawat mengatakan ada revisi tentang hasil lab yang dilakukan semalam, dan hasil yang benar adalah 181.000. Inilah yang kemudian dianggap sebagai penipuan oleh Ibu Prita. Dari keterangan yang ada didalam email tersebut berupa gejala klinis dan hasil pemeriksaan trombosit awal, memang seorang dokter segera akan berpikir bahwa itu demam berdarah sebelum terbukti yang lain, karena Indonesia termasuk daerah endemik demam berdarah. Trombosit yang 27.000 ribu tersebut sudah termasuk membahayakan karena potensi terjadinya perdarahan cukup besar. Jadi berdasarkan pemeriksaan awal, saya kira memang sudah seharusnya Ibu Prita dirawat segera. Perlu dicatat bahwa nilai normal hitung trombosit adalah 150.000-300.000/mikroliter (ada variasi nilai normal antar laboratorium/RS). Nilai kritis pemeriksaan trombosit adalah 50.000. Potensi terjadinya perdarahan sangat besar bila nilainya sudah dibawa 20.000. Namun yang mencengangkan saya adalah revisi hasil lab yang dimaksud keesokan harinya. Apakah revisi tersebut dilakukan dengan sampel yang sama? Apakah dua kali pemeriksaan awal (sesuai email Ibu Prita) tersebut dua-duanya salah? Ini sangat kontras dengan apa yang dijelaskan pihak RS Omni dalam klarifikasinya seperti yang diberitakan oleh Kompas. Pihak RS dari berita itu hanya melakukan dua kali pemeriksaan hitung trombosit, dan menyatakan bahwa pemeriksaan pertama tidak valid karena banyak gumpalan darah. Saya kira disinilah letak kompetensi laboratorium RS Omni yang harus dipertanyakan. Kenapa bisa terjadi banyak gumpalan darah? Darah yang telah diberi anticoagulan atau antibeku tidak akan membeku, oleh karena itu pihak RS Omni harus menjelaskan kepada masyarakat mengapa terdapat banyak gumpalan darah di sampel darah Ibu Prita yang menjadi alasan tidak validnya pemeriksaan pertama. Secara keseluruhan kasus ini menurut saya hanya karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien. Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien seyogyanya memang mesti sepegentahuan pasien. Di sinilah letak pentingnya informed consent. Dokter-dokter kita sepertinya masih merasa terlalu sibuk untuk menjelaskan secara sederhana kepada pasien tentang penyakitnya, diagnosis, prosedur pengobatan yang akan dilakukan, sehingga mereka lebih memilih untuk memberikan instruksi berupa resep dan tindakan medis dengan informasi yang seadanya kepada pasien.
Kasus Prita tersebut adalah salah satu contoh agar nantinya seorang analis harus memiliki keterampilan dan tanggung jawab yang besar agar nantinya mereka dapat berhati-hati dalam megerjakan suatu sampel sehingga mereka dapat mempertanggung jawabkan sampel tersebut. Sehingga tidak ada lagi kasus Prita lainnya dikemudian hari. Hal ini juga sudah sepatutnya menjadi pelajaran bagi profesi analis kesehatan untuk lebih berhati-hati dan lebih teliti. Sama halnya dengan rumah sakit, rumah sakit adalah kehidupan ideal bagi orang-orang yang punya jiwa kemanusiaan, rasa sosial dan kemasyarakatan yang tinggi. Oleh karena itu profesi di bidang pelayanan jasa medis apapun bentuk profesinya (Rumah Sakit padat profesi) baik yang berprofesi sebagai staf medis (dokter), staf paramedis (perawat / bidan) dan staf penunjang medis lainnya seperti analis kesehatan, apoteker, analis gizi, fisioterapi, radiographer adalah salah satu dari sekian banyak jenis pekerjaan yang dianggap mulia. Begitu banyak pengetahuan medis yang telah disumbangkan ilmuwannya dalam rangka upaya penyembuhan, penyelamatan dan pemulihan kesehatan umat manusia. Dan hal ini seringkali klimaks dan atau antiklimaksnya berakhir di Rumah Sakit, berhasil atau sebaliknya gagal. Namun alangkah naifnya jika profesi dibidang kesehatan lebih banyak muatan komersialnya dari pada muatan pelayanan sosial kemasyarakatan, simplenya dua-duanya harus seimbang antara pelayanan sosial kemasyarakatan dengan bisnis dan keuntungan.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menganalisa sesuatu, adapun etika profesi analis kesehatan :
ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN
Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu :
• Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih)
• Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
• Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan)
• Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih)
• Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
• Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan)
Kewajiban Terhadap Profesi
• Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
• Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
• Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.
• Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
• Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
• Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.
Kewajiban Terhadap Pekerjaan
• Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
• Amanah serta penuh integritas
• Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
• Penuh semangat dan pengabdian
• Kreatif dan tekun
• Menjaga harga diri dan jujur
• Melayani dengan penuh kerendahan hati
• Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
• Amanah serta penuh integritas
• Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
• Penuh semangat dan pengabdian
• Kreatif dan tekun
• Menjaga harga diri dan jujur
• Melayani dengan penuh kerendahan hati
Kewajiban Terhadap Rekan
• Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
• Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
• Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi.
• Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
• Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
• Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi.
Kewajiban Terhadap Pasien
• Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
• Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
• Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat
• Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
• Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
• Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat
Kewajiban Terhadap Masyarakat
• Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
• Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada masyarakat.
• Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.
• Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
• Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada masyarakat.
• Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.
Langkah Menuju Profesional
• Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip namun tidak kaku)
• Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
• Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)
• Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip namun tidak kaku)
• Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
• Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)
Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan
• Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri sendiri
• Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
• Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)
• Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan
• Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)
• Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri sendiri
• Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
• Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)
• Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan
• Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)
Manfaat dan Pengaruh Analis Kesehatan
Segala sesuatu pasti memiliki manfaat dan
pengaruh baik positive maupun negative. Dunia kedokteran memiliki banyak
sekali aspek yang mendukung didalamnya. Banyak sekali hal yang ikut
andil besar dalam kemajuan dunia kedokteran. Faktor penunjang dunia
kedokteran meliputi profesi, laboratorium, media, sampel, bahkan hingga
teknologi. Paper ini akan jauh membahas lebih dalam megenai profesi yang
menunjang karir seorang dokter. Dimana dapat kita ketahui profesi yang
tidak kalah penting membantu dalam dunia kedokteran.
Banyak orang yang tentu sudah mengenal profesi seorang dokter, dokter adalah adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa disebut dokter. Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran. Banyak orang mengira jika sakit, mereka hanya perlu datang ke dokter untuk berobat. Padahal banyak sekali profesi yang turut membantu dalam diagnosa seorang dokter. Profesi bidan misalnya secara teknis bidan adalah seseorang yang membantu dalam proses kelahiran seorang bayi dimana ia membantu profesi seorang dokter kandungan. Contoh kedua adalah perawat jika anda pernah dirawat di rumah sakit tentu anda akan dirawat oleh seorang perawat dimana perawat bertugas untuk merawat pasien dari seorang dokter. Ada satu lagi profesi yang sangat membantu profesi seorang dokter, profesi tersebut adalah profesi analis kesehatan. Banyak sekali orang tidak mengerti mengenai analis kesehatan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.2 mengenai definisi analis kesehatan atau pranata laboratorium ialah petugas yang bekerja di laboratorium untuk melakukan pemeriksaan lab sebagai penunjang diagnosa dokter demi membantu seseorang mencapai keadaan jasmani, dan jiwa yang sejahtera.
Diagnosa seorang dokter sangat dipengaruhi oleh sampel yang diteliti oleh pranata laboratorium atau analis kesehatan. Jika terjadi kesalahan dalam meneliti sampel maka yang patut disalahkan adalah analis kesehatan yang tidak terampil dan bertanggungjawab atas sampel tersebut. Diagnosa adalah identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis digunakan dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis, dll. Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Dalam hal ini sudah sepatutnya seorang analis bekerja sama dengan dokter dalam membantu mendiagnosa suatu penyakit. Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa analis kesehatan adalah contoh dari salah satu profesi yang sangat menunjang dalam dunia kedokteran. Berdasarkan hal tersebut seperti yang kita ketahui jurusan analis kesehatan masih sangat langka di Indonesia. Peluang kerja yang menjanjikan bagi lulusannya membuat jurusan ini banyak dicari oleh lulusan sekolah menengah atas.
Mengapa harus analis kesehatan? Karena lulusan program studi (prodi) analis kesehatan makin dibutuhkan. Profesi ini berperan menegakkan diagnosa klinis melalui pemeriksaan laboratorium. Bahkan bisa menggeser peran seorang dokter. Untuk memastikan jenis penyakit, sampel darah pasien akan diperiksa di labaratorium. Demikian imbauan yang lazim diucapkan pejabat di tengah merebaknya wabah flu burung. Bicara soal laboratorium, ingatan kita selalu tertuju pada sebuah profesi: analis kesehatan. Ya, profesi tersebut sekarang sedang naik daun. Sebagai operator laboratarium, analis kesehatan menjadi ujung tombak untuk mendiagnosa beragam penyakit. Padahal dulu dokter bagaikan ”dewa”, dan dianggap sebagai satu-satunya tenaga medis yang berwenang menentukan derajat kesehatan pasien. Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan, makin terbukalah rahasia tautan derajat kesehatan dan komposisi kimia dalam tubuh manusia. Alhasil, uji klinis seperti sampel darah, urine dan kandungan lain dalam tubuh sangat penting, untuk memastikan jenis serta stadium penyakit yang diderita pasien. Oleh sebab itu, wajar jika muncul klaim bahwa peluang kerja analis kesehatan di masa sekarang dan mendatang makin cerah. Mereka bisa bekerja di instansi pemerintah (sebagai PNS), rumah sakit swasta, laboratorium swasta, maupun marketing diagnostic. Keberadaan tenaga analis kesehatan yang profesional kian dibutuhkan masyarakat. Mengapa analis kesehatan makin laris manis? Hal tersebut merujuk pada dua faktor. Pertama, munculnya paradigma kesetaraan di antara tenaga medis. Dulu ada kesan bahwa perawat, analis, serta tenaga medis lainnya hanya sekadar pembantu dokter. Saat ini muncul paradigma baru bahwa setiap tenaga medis merupakan sejawat yang saling membutuhkan. Alasan kedua, masyarakat makin menyadari pentingnya tenaga analis dan laboratorium kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan setiap puskesmas harus memiliki sekurangnya satu tenaga analis kesehatan. Meski pangsa pasar besar, sampai sejauh ini populasi prodi analis kesehatan relatif kecil. Fenonema ini juga terjadi dalam skala yang lebih luas, yaitu nasional. Pasalnya, sampai kini baru terdapat 20 program studi analis kesehatan di seluruh Indonesia. Populasi prodi lain pada bidang ilmu yang sama, seperti analis farmasi dan analis kimia, juga relatif kecil. Bahkan prodi refraksi optisi baru dimiliki lima perguruan tinggi di Indonesia. Pada saat yang sama, kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan dan kualitas hidup juga meningkat. Salah satunya ditandai dengan menjamurnya klinik atau laboratorium kesehatan. Apakah ini akibat banyak masyarakat yang mengidap penyakit degeneratif seperti diabetes, asam urat, liver, dan jantung? Bisa jadi memang begitu, atau lantaran meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi kesehatannya. Sudah lumrah, jika penderita diabetes melakukan pengecekan kadar gulanya secara teratur di laboratorium kesehatan. Ternyata setengah dari sebagian responden mengaku datang atas inisiatif sendiri. Artinya, bukan karena ada rekomendasi dokter. Mudahnya memperoleh informasi kesehatan membuat masyarakat seakan mengabaikan peran dokter. Dengan berpatokan pada hasil uji laboratorium, masyarakat kemudian melakukan terapi penyakit secara mandiri. Pada batas tertentu, hal itu diperbolehkan. Misalnya, hasil uji kadar gula darah digunakan sebagai patokan diet bagi penderita diabetes. Namun, peran dokter itu sangat diperlukan untuk memberikan terapi secara menyeluruh. Berdasarkan kurikulum yang ditetapkan Departemen Kesehatan, mahasiswa analis kesehatan juga memperoleh bekal di bidang analis medis, industri, dan kimia. Konsepnya bukan konsentrasi, melainkan lingkup kurikulum
Post a Comment